Tips Sukses membuat Atap Dak beton

Sebelumnya saya pernah memposting perbandingan biaya atara atap dak dan atap baja ringan. jika anda memilih untuk membangun atap dak maka di postingan ini saya akan membahas tips sukses yang harus diperhatikan dalam membuat atap dak.

Membuat Atap Dak memang terlihat simple dan gampang, tapi jangan Salah,  Jika atap dak dibuat dengan tidak benar maka akan berdampak buruk ke seluruh bagian rumah.

Pernah Melihat Jamur Pada Dak Beton Atau Kanopi?
jamur pada dak Disebabkan  aliran air hujan atau Drainase  yang kurang baik.

Untuk mengatasi masalah dak berjamur tersebut berikut tips yang harus diperhatikan :
  1. Atap dak dibuat dengan kemiringan 5%. atau intinya dibuat miring agar air mengalir lancar.
  2. Pada setiap sisi - sisi tiang yg menopang atap dak dipasang Pipa (Lihat Gambar) 
  3. Dilakukan finishing Aci Halus.

Gambar : Pipa pada coran.

Point ke 3 adalah point paling penting dan biasanya Tukang sering Males Ngerjainnya. Atap dak bagian atas sering ga dia Aci Halus,  Di Aci ya Bukan Hanya Di Plester. Karena dengan diaci halus maka air akan Mengalir Sempurna hingga ke pipa buangan.
Dan apabila membuat pipa dalam coran kita perlu melebarkan dimensi coran sehingga volume tiang tidak berkurang dari normal desain.

oiya satu lagi apabila diperlukan dapat dilakukan waterproof (aquaproof, nodrop, dll)
.
Selamat Mencoba

disadur dari fb Gie ArcStudio, terimakasih mbak anggi sudah diperbolehkan menshare


perbandingan antara bata merah, batako dan bata hebel

Langsung saja ya.. berikut saya sajikan perbedaan batak, bata merah, dan bata hebel

1 BATA MERAH
Bata merah bata yang dibuat dari tanah yang dicetak kemudian dikeringkan dalam temperatur yang tinggi hingga mengeras dan berwarna kemerah-merahan. Tanah yang digunakan adalah tanah liat sehingga  rumah yang dindingnya dibangun dari material bata merah akan terasa lebih nyaman dan adem. Selain lebih kuat dan kokoh serta tahan lama, sehingga jarang sekali terjadi keretakan dinding yang dibangun dari material bata merah.

kelebihan lain dari dinding bata merah adalah semua tukang dapat membuatnya, harganya murah, mudah didapat, dan mudah dalam pengangkutan.
namun kelemahan utama adalah sangat sulit untuk membuat susunan pasangan bata yang rapi.

2. BATAKO
Batako terbuat dari campuran semen dan pasir kasar yang dicetak padat atau dipress. Selain itu ada juga yang membuatnya dari campuran batu tras, kapur dan air. Bahkan kini juga beredar batako dari campuran semen, pasir dan batubara.
Dilihat dari bahan bakunya sudah terlihat kekuatannya lebih rendah dari bata merah, sehingga sering terjadi keretakan dinding, terutama jika bagian kosong-nya tidak diisi dengan adukan spesi. Tidak seperti bata merah yang terbuat dari material tanah. batako  lebih panas atau pengap karena tidak menyerap panas, juga memiliki kualitas buruk untuk meredam suara.
kelebihan batako saat pemasangan dapat lebih presisi jika dibandingkan bata merah, lebih cepat dalam pemasangan

Ukuran batako press pada umumnya adalah panjang 36-40 cm, tebal 8-10 cm, dan tinggi 18-20 cm. Untuk dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan 15 buah batako press. Biasanya batako press dipilih untuk mendapatkan beban struktur yang ringan pada sebuah bangunan, mempercepat pelaksanaan, dan meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding`



3. BATA HEBEL ATAU BATA RINGAN

Bata hebel dibuat secara pabrikan. memiliki sifat yang cukup ringan, halus dan memilki tingkat kerataan yang baik. Bata ringan ini diciptakan agar dapat memperingan beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalkan sisa material yang terjadi pada pekerjaan pemasangan dinding. Kemudian pertanyaan yang beredar dimasyarakat tentunya adalah apakah bata ringan sudah bisa menggantikan bata merah baik tinjauan dari harga, kekuatan, kemudahan mendapatkannya, motode pemasangan dan lain-lain. Agar lebih dalam, mari kita bedah satu-satu agar kita bisa mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing.
komposisi :
- pasir kwarsa
- semen, kapur
- sedikit gypsum
- air
- alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi)
Ukuran: panjang 60 cm, tinggi 20 cm dengan ketebalan antara 8 cm -10 cm. .
Untuk pemasangan pada dinding seluas 1 m2, kira-kira membutuhkan 8 buah bata ringan.
kelebihan :
- Pemasangan bata ringan yang cukup mudah
- dapat langsung diberi acian tanpa harus diplester terlebih dahulu. Namun pemasangan bata ringan juga dapat menggunakan pasir dan semen seperti pemasangan pada batako, bata press dan bata merah.
- Kedap air, sehingga kecil kemungkinan terjadinya rembesan air.
- Mempunyai kekedapan suara yang baik.
- Kuat tekan yang tinggi.
- Mempunyai ketahanan yang baik terhadap gempa bumi

Kekurangan Bata Ringan:
- ukurannya yang besar, banyak sisa potongan untuk sisi sisi yang tanggung.
- membutuhkan Perekat yang khusus. Umumnya adalah semen instan, yang saat ini sudah tersedia di lapangan.
- Diperlukan keahlian khusus untuk memasangnya.
- Harga relatif lebih mahal daripada bata merah.
- masih sulit untuk mendapatkannya, hanya toko material besar yang menjual bata ringan ini.
- Penjualannya pun dalam jumlah yang besar

silahkan anda bandingkan sendiri sesuai kondisi dan kebutuhan anda. semoga bermanfaat







ilmu praktis merencanakan pondasi motor dan pompa

saya sedang mendapat tugas untuk merencanakan secara singkat dan cepat sebuah pondasi untuk motor dan pompa vacum. kemudian saya searching ketemu artikel yang sy sadur dibawah ini, untuk sumbernya cantumkan di akhir artikel termasuk contoh kasus perhitungan pondasi. selamat menikmati.

Rotating equipment (RE) yang harus diletakkan langsung diatas pondasi beton, banyak macam jenisnya. Dan tiap jenis RE dapat memberikan efek yang harus diperhitungkan dalam mendesain pondasi pendukungnya.
Jenis RE yang sering dijumpai dalam plant/kilang Migas/Petrokimia/Refinery misalnya adalah:

1. Kompresor (Reciprocating dan Centrifugal).
2. Turbin (Gas dan Uap/Steam)
3. Pompa (Rotary dan Reciprocating)
4. Genset (biasanya hanya sebagai back up dari system catu daya listrik kilang).

Untuk rekayasa keteknikan pondasi RE ini, sebaiknya kita mempersenjatai diri dengan membaca beberapa referensi dari beberapa Code dan Standard internasional misalnya:
ASME B 73.1 M, ACI 207.2R, ACI 318 dan ACI 318R, ACI 504, kemudian serial API seperti API STD (610, 611, 612, 613, 616, 617, 618, 672, 674, 676, 677) & API RP 6869. Baik juga ditambah ISO 2631-1 & 2631-2 dan PIP REIE 686 & PIP STC 01015.

Sedangkan untuk pemahaman lebih lanjut, silahkan dibuka referensi kepustakaan seperti Design of Structures and Foundations for Vibrating Machines oleh Suresh C Arya, Michael O’Neill & George Pincus, juga Foundation Engineering Handbook oleh Hans F Winterkon & Hsai Yang Fang, plus Foundation Design for Vibration Machines oleh Suresh C Arya, Roland P Drewyer & George Pincus.

Sekedar mengingatkan dalam mendesain pondasi untuk RE yang mengeluarkan vibrasi, saya kutipkan pendapat suhu-suhu pondasi (Suresh C Arya, Michael O’Neill dan G Pincus) bahwa pondasi akan mengalami akibat getaran seperti berikut ini:

a. Vertical Excitation.
b. Horizontal Translation.
c. Rocking Exictation.
d. Torsional Excitation.
e. Coupled Horizontal Translation & Rocking Oscillation.

Dengan demikian, seorang design engineer harus mempertimbangkan bahwa bentuk/dimensi dan massa pondasi serta daya dukung tanah harus benar-benar kuat untuk menahan akibat getaran tersebut. Serta memperhitungkan faktor-faktor sekunder seperti kondisi sekeliling, antisipasi lemahnya workmanship dari pekerja lapangan dan lain sebagainya.

Disamping itu, pengertian atas beberapa istilah teknis dan nomenklatur yang juga patut dipahami, seperti:

a. High Tuned System (HTS) : adalah suatu sistem pondasi pendukung dimana kisaran frekwensi mesin dibawah frekwensi natural dari sistem secara keseluruhan.
b. Low-Tuned System (LTS): adalah suatu sistem pondasi pendukung dimana kisaran frekwensi mesin diatas frekwensi natural dari sistem secara keseluruhan.
c. Table Top (TT): Struktur beton bertulang berketinggian untuk menopang/sebagai dudukan RE.
d. f(n): Frekwensi natural dari system pondasi mesin dalam satuan Hertz.
e. ED: Modulus dinamis elastisitas beton dalam satuan MPa.
f. A: Batas ijin maximum getaran amplitude puncak ke puncak (peak to peak).
g. Grout: Material bersifat semen atau epoksi (epoxy) yang disediakan untuk keseragaman pondasi pendukung dan sebagai media transfer beban dari instalasi RE diatasnya ke pondasi. Grout diposisikan dibawah base plate/mounting plate/skid dari RE. Dan grout haruslah mempunyai sifat non shrink (tidak berkerut).

Menurut saya, atas dasar kepraktisan dan keekonomisan, lebih baik menerapkan azas desain Low-Tuned System (LTS) terutama untuk RE yang mempunyai RPM (revolutions per minute) tinggi. RE dengan RPM tinggi cenderung menghasilkan frekwensi natural yang lebih tinggi dari pada frekwensi natural pondasi beton. Selain daripada itu, LTS memiliki efek vibrasi yang lebih rendah dari HTS.
Namun penerapan azas LTS tidak disarankan buat RE yang mempunyai RPM rendah ataupun bervariasi. Untuk kasus seperti ini, azas HTS dianggap lebih baik.

Secara umum, rule of thumb jika kita sebagai perencana tidak ada/tidak bisa mendapatkan data analisa dinamis (dynamic analysis) dari RE, sengaja kalimat itu saya tebalkan dan garis bawahi sebagai catatan penting, maka langkah berikut ini bisa kita pergunakan:

a. Struktur pendukung atau pondasi untuk RE CENTRIFUGAL yang mengeluarkan output KURANG dari 500 HP (horse power), maka berat pondasi didesain tidak boleh kurang dari 3 (tiga) kali dari berat RE secara keseluruhan. Terkecuali jika ada pemberitahuan lain dari pabrik pembuatnya.
b. Sedangkan untuk RE RECIPROCATING yang mengeluarkan output KURANG dari 200 HP, maka berat pondasi didesain tidak boleh kurang dari 5 (lima) kali dari berat RE secara keseluruhan. Terkecuali jika ada pemberitahuan lain dari pabrik pembuatnya.

Perbandingan rasio massa 3:1 dan 5:1 ini juga merupakan nilai empiris yang telah lama dipakai perbandingan untuk massa pondasi terhadap massa RE/mesin. Tentu saja nilai perbandingan tersebut bisa kita ubah menjadi lebih kecil dan tentu saja harus dibarengi dengan perhitungan dan bukti terapan dilapangan yang cukup.
Dan meskipun pendekatan dengan metode ini merupakan best practice terhadap rule of thumb, sebaiknya pada pendesainan tetap dilakukan analisa dinamis untuk memprediksi perilaku pondasi akibat RE.

Patut dipertimbangkan bahwa untuk penempatan/lokasi pondasi RE haruslah terpisah dari pondasi dan bangunan lain. Dasar pemikirannya adalah massa pondasi RE maupun efek getaran yang dihasilkan akan memberikan stress/tekanan pembebanan terhadap pondasi dan bangunan disampingnya dan ataupun sebaliknya jika tidak ada pemisahan.

Berbicara tentang jarak pemisahan pondasi RE terhadap struktur lain disampingnya, saya merekomendasikan lebar ruang antara (space) minimal sebesar 2,5 kali lebar pondasi berukuran terkecil.
Nilai ini dianggap sebagai best practice serta karena stress yang diderita tanah dibawah struktur/pondasi lain (pada jarak ruang antara tersebut) tidak akan menimpa tanah dibawah pondasi RE dan sebaliknya. Pada jarak tersebut juga, dapat dihindarkan akibat negative dari transmisi amplitudo getaran yang merugikan lewat tanah disekeliling.

Tetapi, jika nilai jarak antar tersebut tidak bisa diterapkan karena keterbatasan ruang, maka diperlukan perhitungan teknis yang dapat memberikan indikasi bahwa transmisi amplitude getaran masih dapat diterima. Bisa juga dipertimbangkan opsi menggunakan softboard (misalnya gabus/Styrofoam atau bahan yang tidak rigid) atau menggunakan lapisan slurry (campuran semen) yang dibuat seperti dinding atau bahkan sheetpiles yang diletakkan diantara pondasi yang berdekatan. Opsi-opsi diatas tergantung dari hasil perhitungan amplitudo getaran dan perilaku tanah. Jadi bijaklah menyikapi semua informasi yang didapat sebelum memutuskan.

Jika pondasi RE ini terletak diarea paving/pavement atau disekeliling slab beton, maka perlu pula diberikan isolation joint disekeliling pondasi. Untuk penerapan isolation joint ini disarankan lebar minimum 12 mm dan kedalaman sekitar 20 mm dan material adalah sesuai penggunaan yaitu jenis material untuk expansion joint. Untuk itu, ACI 504R (Guide for Sealing Joints in Concrete Structures) bisa dijadikan rujukan.

Dalam menentukan seberapa kedalaman yang layak dari suatu pondasi RE dari muka tanah khususnya untuk pondasi berbentuk blok, ada beberapa pendapat misalnya minimum 50% dari tebal pondasi yang harus tertanam dalam tanah. Ada juga yang berpendapat minimum 80%.

Saya pribadi lebih memilih nilai 80 % dengan pertimbangan faktor penambahan keamanan stabilitas pondasi atas getaran yang bakal diterima. Menurut saya, dengan berkedalaman lebih juga akan meningkatkan ketahanan lateral dan rasio-rasio peredam untuk semua mode vibrasi.

Menyikapi perihal tentang tanah, perlulah dipahami kaitan pondasi yang kita desain dengan tekanan daya dukung tanah. Untuk pondasi dangkal, meskipun kita sudah mendesain pondasi pendukung sebaik mungkin namun itu semua bakal tidak terpakai jika tanah sebagai pendukung pondasi tidak cukup baik kualitasnya, terutama daya dukung.
Untuk itu, diperlukan tindakan uji soil investigation, kecermatan dalam membaca hasilnya, kemudian kecermatan dalam menerapkannya dalam desain. Pemeriksaan terhadap kecukupan kuat tanah dalam kemampuan kapasitas daya dukung statis dan pertimbangan besar penurunan (settlement) perlulah dilakukan.
Termasuk juga efek pembebanan dinamis terhadap tanah dan jika diperlukan, perlakuan lanjutan untuk meningkatkan kapasitas daya dukung dapat saja dilakukan. Banyak metoda yang dipakai, salah satunya seperti metoda dynamic compaction atau dynamic replacement seperti yang telah saya tulis diartikel sebelum ini.

Beberapa patokan untuk daya dukung ijin tanah yang dapat dipertimbangkan adalah:

a. Untuk system pondasi high-tuned: tekanan daya dukung tanah tidak melebihi 50% dari tekanan daya dukung ijin yang diperbolehkan terhadap beban statis.
b. Untuk system pondasi low-tuned: tekanan daya dukung tanah tidak melebihi 75% dari tekanan daya dukung ijin yang diperbolehkan terhadap beban statis.
Sebagai catatan, daya dukung ijin (Q all) untuk pondasi RE berat haruslah dikurangi. Hal ini perlu dilakukan untuk menyediakan lebih besar safety factor terhadap kemungkinan penurunan (settlement) akibat getaran.

Bagaimana dengan penentuan ketebalan minimum? Disamping kita bisa mendapat masukan pertimbangan atas perbandingan berat dari rasio 3:1 atau 5:1, lebih spesifik dalam menentukan ketebalan pondasi minimum adalah azas:
0.60 + L/30 (dalam satuan meter).
Misalnya:
Direncanakan panjang (L) pondasi = 1,50 meter maka ketebalan minimum adalah 0.60 + 1,5 m/30 = 0.605 m.
Faktor lain yang patut dipertimbangkan adalah jika ada anchor bolt yang harus ditanam kedalam pondasi maka meskipun ketebalan minimum sudah terpenuhi dengan azas diatas, ketebalan harus mengakomodasi panjang anchor bolt tertanam plus ketebalan sekitar minimum 100 mm diatas lapisan tulangan terbawah.

Untuk lebar minimum, secara teknis nilai berikut ini dapat dipakai yaitu paling tidak 1,5 kali jarak vertical dari dasar ke garis tengah RE dan tambahkan lebar mimimum dengan area bebas (jarak ke tepi beton) dari base plate/mounting plate/skid RE yaitu 100 mm kesegala arah.
Jadi misalnya lebar skid 1000 mm maka lebar pondasi disarankan 1000 mm + 100 mm (kiri) + 100 mm (kanan) = 1200 mm.
Mengapa? Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi retak pinggir yang sering terjadi karena kekurang cermatan pekerja lapangan dalam mengkonstruksi pondasi dan jarak 100 mm ini dipandang cukup mengakomodasi sudut tekanan yang tercipta dari skid.

Sekarang kita masuk kebagian penulangan dan pembetonan.
Penulangan diperlukan untuk menahan gaya-gaya dalam dan momen yang relatif kecil dalam suatu pondasi berbentuk blok disebabkan oleh ukuran pondasi yang masif. Untuk itu, minimum jumlah tulangan yang diperlukan lebih banyak diperlukan untuk mengantisipasi penyusutan dan temperatur beton.
Di ACI 318 memang tidak secara spesifik menyebutkan kebutuhan tulangan minimum untuk pondasi blok, tetapi pemakaian nilai 0,0018 (sebagai A min tulangan) dikalikan luasan arah melintang beton dapat dipergunakan sebagai panduan.

Pengecualian terhadap nilai tersebut dapat kita lihat di ACI 207.2R jika ketebalan pondasi ternyata setelah kita hitung melebihi 1,2 meter. Dimana ketebalan tersebut kita perlukan lebih pada faktor kestabilan, kekakuan dan peredaman akibat getaran serta untuk mengakomodasi panjang anchor bolt, maka disarankan tulangan minimum memakai diameter 22 mm dengan jarak maksimum antar tulangan adalah 300 mm (center to center), namun saya lebih menyukai pemakaian jarak tulangan 200 mm.

Sedangkan jika kita harus menggunakan pier (pengertian ini beda dengan table top), maka jumlah tulangan minimum yang harus disediakan di pier adalah tidak boleh kurang dari 1% tetapi tidak boleh lebih dari 8% dikalikan luasan potongan melintang beton. Jika mempergunakan pedestal, maka tulangan minimum tidak boleh kurang dari ½%.

Untuk pondasi dengan ketebalan minimum 500 mm, maka haruslah disediakan tulangan susut dan penahan temperature beton sesuai ACI 318. Untuk nilai ED dalam menghitung kekakuan beton, kita memakai:
ED (dalam satuan MPa) = 6560 x kuat tekan beton berpangkat 0,5 (setengah).
Kuat tekan beton disarankan minimum 28 MPa (atau sekitar 4000 psi). Perlu dipahami nilai modulus dinamis elastisitas harus lebih tinggi dari modulus statis.

Bagaimana dengan eksentrisitas pondasi dengan RE yang berporos horizontal?
Kita tahu bahwa eksentrisitas dapat menimbulkan gaya tidak seimbang yang berujung pada penambahan momen. Untuk itu perlulah kita batasi besaran eksentrisitas tersebut. Alasannya adalah untuk meminimalisasi momen-momen sekunder yang bisa saja secara signifikan mempengaruhi frekwensi natural dari pondasi. Misalnya pondasi dimaksudkan untuk mampu menahan gaya tidak seimbang vertical dimana gaya tidak segaris dengan titik pendukung elastis, yang dimana gaya tersebut menghasilkan tambahan gaya putar (rotation) terhadap vertical displacement.
Nah jika kita tidak menetapkan batasan eksentrisitas yang diijinkan maka dikhawatirkan (momen sekunder plus momen utama) akan mengakibatkan 2 jenis frekwensi natural yang mungkin saja secara significant berbeda dengan azas tunggal frekwensi natural dalam satu system pondasi.

Ada beberapa batasan yang saya anut dalam menentukan nilai eksentrisitas ijin.
Yaitu, untuk eksentrisitas horizontal, tegak lurus terhadap bantalan poros (bearing axis), antara titik pusat garis berat pondasi dan pusat area kontak tanah tidaklah boleh melebihi nilai 0,05 dikalikan lebar pondasi. Sedangkan jika searah/parallel dengan bantalan poros, maka tidak boleh melebihi 0,05 dikalikan panjang pondasi.
Jika kita menggunakan pier atau pedestal, maka penerapan nilai tersebut juga harus disesuaikan plus pertimbangan terhadap center of gravity dari RE. Diatas semua itu, saya menyarankan, jika dimungkinkan, sebaiknya hindarilah eksentritas. Sedapat mungkin.

Sedikit bahasan tentang rasio rentang frekwensi natural yang diijinkan.
Pembatasan rentang frekwensi natural yang diijinkan dalam suatu system pondasi berkaitan dalam upaya menghindari bahaya yang terjadi akibat getaran yang berlebihan. Secara umum, rasio antara frekwensi operasi mesin (f) dengan frekwensi natural dari system pondasi f(n) tidak diharapkan berada pada rentang 0,7 hingga 1,3.
Sehingga, untuk frekwensi natural HTS harus berada dibawah nilai 0,7 dan untuk LTS f/f(n) nilainya harus diatas 1,3. Seperti yang kita ketahui, jika rasio f/f(n) mendekat angka 1, akan terjadi penambahan peningkatan secara cepat terhadap amplitude getaran.
Untuk itulah dalam menyediakan factor keamanan terhadap resonansi getaran, kita membatasi rentang frekwensi natural ini. Diluar rentang 0,7 – 1,3 ini, respon dinamis maksimum dari system hanya terbatas sedikit lebih besar dari nilai defleksi statis system pondasi.

Meskipun demikian, pembatasan rentang frekwensi natural ini sangat sulit dicapai jika kita mendesain suatu system struktur yang rumit seperti halnya kombinasi kekakuan steel structure dengan sistim pondasi, pondasi untuk RE yang memilik beragam mode kecepatan, pondasi untuk RE yang sangat berat (turbo compressor yang berdimensi luar biasa besar misalnya), maka kita harus menyediakan perhitungan yang lebih rumit (misalnya menghitung maksimum kecepatan getaran dalam fasa dan 180 derajat diluar fasa, penentuan lokasi dimana amplitude getaran yang dominan berada dan lain sebagainya). Jika nanti ada kesempatan, untuk serba serbi frekwensi natural ini akan saya bahas dalam artikel tersendiri.

Untuk itu jika kita harus menyediakan suatu platform struktur baja, terutama jika mendesain pondasi RE dengan memakai TT (table top), maka platform tersebut sebaiknya terpisah dengan system pondasi TT. Untuk bagaimana supaya platform dapat bernilai aman dan nyaman bagi pemakai dilapangan, design engineer sebaiknya membaca ISO 2631-1 & ISO 2631-2. Referensi itu membahas tentang bagaimana respon seseorang terhadap getaran bangunan dan kurva berat respon pada kesamaan gangguan terhadap tubuh dan metoda-metoda bagaimana cara mengatasinya.

Diluar semua perhitungan teknis diatas kertas, seorang engineer haruslah memiliki “sense of engineering” atau juga disebut “engineering feeling”. “Rasa” ini tidak ada kriteria bakunya namun bisa terbentuk dan terasah jika seorang engineer setia pada kemauan untuk berkarya sesuai bidangnya.
“Rasa” ini juga bisa membimbing seorang engineer dalam mendesain suatu konstruksi yang kuat dan aman, tepat sasaran, tidak rumit, mudah dilaksanakan serta hemat biaya.

Sedikit cerita tentang engineer copas (copy paste).
Suatu ketika karib saya mengirim email, meminta bantuan saya memeriksa pekerjaan desain pondasi RE (generator/genset) yang dikerjakan staffnya. Setelah membaca hitungan desain, belum lagi saya memeriksa hitungan yang dikirimkan tersebut, saya langsung mendapat kesimpulan staff karib saya ini hanya melakukan engineering copas. Sang staff yang mengaku jebolan konsultan engineering, hanya mengganti angka-angka (dari suatu perhitungan pondasi lain) dan memberikan kesimpulan dimensi serta menyebutkan bahwa desain tersebut aman. Aman dari hongkong? Hehehehehe..
Dalam perhitungan tersebut, tidak ada hubungan data teknis dari mesin generator dengan desain pondasi dibawahnya dan ajaibnya dibawah pondasi generator diberikan usulan menggunakan cerucuk dolken kayu untuk meningkatkan daya dukung tanah, yang sayangnya sang staff tidak menuliskan berapa daya dukung tanah yang dihasilkan dengan metoda cerucuk.
Sehingga tidak ada perhitungan settlement dan daya dukung yang ditulis hanya imajinasi saja. Sedangkan data teknis generator, yang seharusnya diperhitungkan untuk penentuan system pondasi, tidak dipakai dan hanya untuk pajangan supaya jumlah halaman teknis jadi panjang dan terkesan bagus.
Saya kemudian menganjurkan karib saya untuk meminta staff tersebut mendesain ulang dengan kaidah-kaidah yang benar, desain harus memiliki esensi dan tidak copas. Model copas inilah yang kita harus hindari.

Memang tidak sulit mengganti sekedar angka namun itu berarti kita hanya berkemampuan meniru, yang kosong, tak berbobot, tak ada nilainya.

berikut contoh perhitungan desain pondasi RE, klik disini

untuk bertanya lebih lanjut silahkan kunjungi nara sumbernya langsung di :
sumber : https://civilandstructure.wordpress.com/2011/04/05/belajar-desain-pondasi-mesin-rotating-equipment-foundation/



Daftar harga Triplek dan Multiplek terbaru 2016

Bagi anda yang sedang mencari ukuran triplek atau multiplek dan harga triplek atau multiplek, berikut saya sajikan tabel harga multiplek atau triplek terbaru 2016.


JENIS TRIPLEKHARGA TRIPLEK TERBARU
3mmx3x734,500
3mmx4x8 palm46.000
3mmx4x8 tunas44.000
4mmx4x746.000
4mmx4x8 palm57.000
4mmx4x8 tunas53.500
6mmx4x8 palm68.500
6mmx4x8 tunas67.000
8mmx4x8 palm97,000
8mmx4x8 tunas93,500
8mmx4x883,000
9mmx4x8 palm107.500
9mmx4x8 tunas105,000
9mmx4x8 mrt BBCC
9mmx4x8108,000
12mmx4x8 palm139.500
12mmx4x8 tunas137.000
12mmx4x8 MRT
12mmx4x8
15mmx4x8 palm172.000
15mmx4x8 MC
15mmx4x8 MRT
18mmx4x8197.000
mil kilap Kc78,000
mil kilap lumba-lumba69,000
mil dop Kc82,000
mil MDF67,000
mil kilap (hitam)87,000
mil dop (hitam)87,000
mil kilap (biru )87,000
mil kilap ( abu-abu)87,000
teakwood 3×7 TM69,000
teakwood 4×8 TM82,000
teakwood 4×8 silver99,000
B/mil 18 mm211,000
B/mil 15 mm202,000
B/B 18 mm183,000
B/B 15 mm177,000
B/T232,000

Harga yang saya cantumkan diatas tidak 100% sesuai dengan harga toko sekitar, namun kurang lebihnya seperti itu. Apabila anda membutuhkan harga detail silakan kunjungi toko bangunan terdekat


Cara menghitung estimasi biaya pekerjaan paving block dalam m2


Paving block saat ini sangat digemari masyarakat Indonesia untuk menutup permukaan jalan atau halaman. Fungsi dari paving block adalah menggantikan rabat beton (cor) atau aspal jalan dengan keunggulan air hujan tetap dapat terserap ke dalam tanah melewati celah celah antar paving, sehingga tidak terjadi genangan dengn demikian material paving dapat bertahan lebih lama.

Paving juga digunakan untuk menutup area taman, dengan menggunakan paving akan lebih mudah jika ingin menambah jumlah pohon, ya tinggal membongkar saja sebagian.

jika anda tertarik menggunakan paving block untuk menutup jalan atau taman, berikut cara menghitung biaya yang dibutuhkan dalam m2 luasan tanah.

Misal luas tanah 10 x 10 = 100 m2.

- Harga Paving block tebal 6 cm ,1 m2 = Rp. 60.000,-,
  100m2 x Rp. 60,000,- = Rp. 6.000.000,-

- Harga pasir 1 m3 = Rp. 180.000,-,
  tebal pasir 5 cm --> 0.05x100 = 5 m3
  5 m3 x Rp. 160,000,- = Rp. 900,000,-

- Harga tukang per orang per hari = Rp. 125.000,-
  Estimasi 3 tukang bisa menyelesaikan 20 m2 per hari, 100m2 : 20 m3 = 5 Hari
  3 x Rp. 125.000,- x 5 hari = Rp. 1.875.000,-

Sehingga total biaya yang dibutuhkan untuk 100m2 paving block Rp. 8.775.000,-

atau Rp. 87.750,- per m2.

Sehingga Sediakan saja dana Rp. 100.000,- per m2 itu sudah sangat cukup.

Oiya perhitungan diatas belum termasuk Kansteen. Dan perhitungan diatas berdasarkan harga material di sekitar saya (cilegon, banten). harga berbeda beda tergantung tempat.

terimakasih.



Soil Test atau Soil investigation work

Soil test atau soil investigation adalah pekerjaan pengambilan sampel tanah dengan cara coring untuk mengetahui lapisan lapisan tanah beserta tingkat kekerasan tanah pada setiap lapisannya atau sering disebut daya dukung tanah. soil test ini sangat dibutuhkan untuk persiapan pekerjaan pembangunan gedung bertingkat, jembatan, dan bangunan bangunan yang membutuhkan pondasi khusus seperti tiang pancang ataupun borpile.


mesin coring / sondir

Untuk pekerjaan pondasi tiang pancang maka perlu diketahui pada kedalaman berapa ditemukannya lapisan tanah keras. Apabila sudah diketahui pada kedalaman berapa tanah kerasnya maka dapat diestimasi kebutuhan biaya untuk pekerjaan pondasi tiang pancang.

Pada kasus ini saya melakukan soil test untuk keperluan pembangunan fly over yang menggunakan bor pile untuk kekuatan pondasinya. sehinga saya akan mengetahui seberapa kedalaman bor pile yang dibutuhkan untuk spesifikasi fly over yang akan dibuat.
Soil investigation menggunakan alat coring, sejenis mesin bor namun ada lubang pada mata bornya. sehingga tanah yang dibor akan terambil pada lubang mata bor tersebut. kemudian disambung dengan pipa pipa dengan panjang 3 meter. pengambilan lapisan tanah dilakukan setiap penambahan kedalaman 2 meter.


mata coring
Biasanya di Indonesia pada kedalaman 8 meter pertama dianggap lost atau tanah liat yang memiliki daya dukung tanah yang tidak disarankan untuk bangunan tingat tinggi. Tanah liat juga bersifat mengikat atau lengket yang dapat mengikat pata coring, sehingga sampai kedalaman 8 meter diperlukan cashing sebagai penahan tanah agar tidak runtuh dan mempermudah proses coring.


Setiap sampel hasil coring akan diletakkan pada wadah yang berjajar dengan panjang 2 meter sehingga dapat diketahui jenis jenis lapisan tanah.



sampel hasil coring

Saat pekerjaan coring, dilakukan pencatatan manual tingkat kekerasan tanah dengan memperhatikan setiap penurunan 15 cm itu diperlukan berapa kali pukulan. Nilai kekerasan itu ditulis pada kolom SPT sebagai estimasi tingkat kekerasan tanah namun belum dapat digunakan sebagai acuan engineering.

pencatatan lapangan
Dari hasil pencatantan lapangan dan hasil sampel tanah, akan dikirim ke laboratorium untuk mengetahui hasil lebih detail dan akurat. nah hasil dari lab itulah yang dapat digunakan sebagai dasar engineering.



Estimasi biaya pemasangan atap baja ringan

Haaiii semua..

Sebelumnya saya telah membahas apa itu atap baja ringan. kali ini saya akan membahas berapa sih biaya yang harus dikeluarkan untuk memasang atap baja ringan.

yang saya bahas disini adalah menggunakan rangka baja 0,75 mm dan genteng baja (metal roof). Harga dari pemborong untuk pemasangan genteng baja berkisar Rp 180.000 sampai dengan Rp. 250.000.

kita ambil saja di harga Rp. 200.000,-. (harga untuk semua kebutuhan bahan alat dan jasa / terima bersih)

Apabila anda akan memasang atap baja ringan sebagai atap carport anda dengan ukuran 3x5 meter. maka rumus sederhananya adalah 3x5x1.5 = 22,5 meter2.

*) angka 1,5 dalah koefisien untuk kemiringan dan tambahan tampias, rumus diatas berlaku juga untuk atap rumah/ bangunan.

Maka :

22,5 m2 x Rp. 200.000,- = Rp. 4.500.000,-

Jadi untuk memasang atap baja ringan carport anda yang luasannya 3x5 meter, anda perlu menyiapkan anggaran kurang lebih Rp. 4.500.000,-

Demikian semoga bermanfaat
terimakasih